Selasa, 23 Februari 2010

Puasa adalah obat yang manjur

Puasa adalah obat yang manjur

“Sumber daripada penyakit adalah perut. Perut adalah gudang penyakit dan berpuasa adalah obatnya”. (HR Muslim).

Islam adalah ajaran yang utuh dan sempurna. Tiada satu pun aspek dari kehidupan manusia, yang luput dari pengaturan ajaran Islam yang Rabbaniah. Kesempurnaan risalah Islam ini telah ditegaskan Allah Swt dalam wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw ketika melakukan haji wada di Makkah (QS 5:3). Tulisan ini menyinggung satu aspek kecil yang cukup menarik dan berkaitan dengan hikmah puasa Ramadhan. Semoga menambah motivasi untuk menikmati jamuan-Nya.

***

Makanan yang berlebihan memiliki dua efek yang membahayakan. Yang diserap berlebihan menimbulkan penimbunan lemak, yang dibuang menimbulkan penimbunan kotoran. Berkait dengan penimbunan lemak dan efeknya, sudah banyak tulisan yang membahas hal tersebut. Berkait dengan penimbunan kotoran, adalah hal baru yang saya dapatkan baru-baru ini, dari sebuah brosur tentang produk suplemen makanan.

Pengetahuan tersebut sangat berguna bagi saya. Dan saya makin menyakini bahwa puasa adalah sebuah instrumen penting untuk mencapai jalan ketaqwaan, sebagaimana bunyi ayat Allah Swt yang masyhur kita baca, yaitu QS 2:183.

Dalam brosur itu diungkap bahwa hasil penelitian tentang penimbunan toksin di usus besar (kolon), disimpulkan bahwa 90% dari segala penyakit bermula dari usus besar (kolon). Hasil penelitian tersebut juga mengungkap bahwa dari 100.000 usus besar, hanya 6% (atau 6.000) yang betul-betul normal. Dokter terkemuka dunia pernah melakukan diagnosa atas 22.000 usus besar, dan hasilnya belum pernah ditemukan suatu usus besar yang berada dalam kondisi normal. Ada saja bentuk kelainan yang ditemukan.

Yang menjadi penyebab dari segala penyakit adalah kotoran yang tertahan yang merupakan sisa-sisa makanan yang melekat pada dinding usus dan dapat diserap oleh lapisan mukosa yang akhirnya menjadi kotoran yang tidak dapat dikeluarkan. Kotoran tertahan ini selanjutnya dapat menghambat proses detoksifikasi, memperlambat proses metabolisme dan meracuni tubuh. Suatu penyelidikan oleh sekelompok pakar Jepang disimpulkan bahwa jumlah kotoran yang tertahan yang berada dalam tubuh seseorang yang sehat rata-rata seberat 6 hingga 10 pon (atau 2, 72 s.d 4, 54 Kg). Tentu, pada orang-orang yang menderita kelaianan, jumlah kotoran yang tertimbun jauh lebih banyak.

Yang menarik, direkomendasikan bahwa puasa adalah cara utama untuk menghindari penumpukkan kotoran-kotoran itu, selain rekomendasi untuk banyak mengkonsumsi makanan organik yang tidak tercemar (sayuran dan buah non-pestisida), minum air putih yang cukup, mengendalikan emosi, mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar, dan membiasakan olah raga secara teratur.

Secara sederhana saya memahami dan menganalogikan bahwa kotoran yang menyumbat saluran pembuangan (got, drainase, parit, dll) memang potensial menimbulkan malapetaka, seperti banjir, sarang kuman penyakit, polusi udara, pencemaran tanah, dan malapetaka turunan lainnya. Tindakan terbaik adalah dengan selalu membersihkan saluran air agar tidak tersumbat, atau tidak membuang kotoran secara berlebihan ke dalam saluran air.

Dengan puasa, maka asupan yang masuk ke dalam perut dikendalikan kuantitasnya. Pengendalian ini memberi kesempatan kepada organ tubuh untuk bekerja secara optimal. Sebagai contoh, usus besar jika menerima banyak zat buang, maka akan terjadi penumpukan-penumpukan di sana. Sebaliknya dengan pengendalian makan, maka zat buang yang dilempar ke usus besar, bisa dialirkan tanpa menimbulkan penumpukkan kotoran.

Penyerapan zat makanan yang berlebihan juga mengakibatkan penumpukkan lemak di dalam darah, pembuluh darah atau di kelenjar-kelenjar lemak. Kondisi ini membahayakan aliran darah di dalam tubuh. Lemak-lemak ini tidak ubahnya seperti kotoran yang menutupi aliran darah. Padahal kita tahu bahwa darah harus bekerja optimal untuk menghantarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh, termasuk ke Jantung. Jika perjalanan darah ini tersumbat, maka kerja jantung pun menjadi terforsir. Kondisi ini sangat rentan terhadap timbulnya berbagai macam penyakit dan gangguan tubuh.

Makan berlebihan juga berefek pada penumpukkan energi yang berlebihan di dalam tubuh, termasuk pada penguatan nafsu syahwat. Nafsu syahwat ini jika tidak dikendalikan dengan baik, maka yang terjadi adalah pelampiasan yang bukan pada tempatnya (diharamkan oleh Allah). Selain itu makan berlebihan, menimbulkan macam penyakit psikologis yang merupakan dampak tidak bisa dikendalikannya emosi (hawa nafsu), seperti marah, sombong, tidak empati kepada orang lain, kikir, tamak, dan lain-lain. Semua perilaku tersebut mengarahkan manusia pada tindak kefujuran.

***

Dengan bukti-bukti biologis tersebut, kita mengetahui bahwa manfaat puasa itu sebenarnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, yaitu membersihkan manusia dari penyakit fisik (dhohir) dan penyakit psikis (bathin/jiwa). Dengan memahami sifat perut dan peranan puasa untuk mengendalian perut itu, semestinya ajaran puasa ini disambut dengan bahagia dan suka cita, bukan dengan perasaan susah dan serba berat.

Sungguh menyedihkan jika nanti di bulan Ramadhan, masih banyak kaum muslim yang tidak melaksanakan puasa tanpa udzur yang syar’i. Ibaratkan diberi kemudahan untuk menuju sehat, mereka lebih memilih sakit. Diberi jalan menuju ketaqwaan, mereka lebih memilih jalan- kefujuran.

kegunaan shalat

kegunaan shalat
tau gak seeh ..
kegunaan shalat itu buanyak banget ..
salah satunya,dengan solat tubuh bisa lebih sehat+bisa juga ngilangin sterzz ..
nich saya jabarin satu-satu ..

pada saat takbiratul ikhram itu dapat mengatasi penyakit jantung.dilanjutkan dengan rukuk, pada saat gerakan itu bisa nengatasi atau meringankan penyakit ginjal,dilanjutkan dengan gerakan sujud, nah pada saat gerakan ini bagi kita-kita yang strez, ternyata menurut pnelitian gerakan ini bisa menghilangkan sterz loch ..

oleh karena itu ga da ruginya kan klo kita melakukan shalat ..
malah bisa bikin tubuh kita sehat loch+dapet pahala lagi ..
makanya kalo solat jangan ditunda - tunda ..

owh iya kabar yang menarik satu lagi ..
bagi teman - teman yang bermasalah dengan tubuh yang buncit,ternyata dengan shalat bisa juga membantu kita untuk mengecilkan peru loch ..

makanya coba dari sekarang untuk rajin shalat ..
kan ga ada ruginya kalo kita menyisihkan waktu kita buat shalat, ya paling cuma 5 menitan lah, ga lebih dari 5 menit ko ..

I. Operational Effectiveness Is Not Strategy

I. Operational Effectiveness Is Not Strategy

According to Porter, various management tools like total quality management, benchmarking, time-based competition, outsourcing, partnering, reengineering, that are used today, do enhance and dramatically improve the operational effectiveness of a company but fail to provide the company with sustainable profitability. Thus, the root cause of the problem seems to be failure of management to distinguish between operational effectiveness and strategy: Management tools have taken the place of strategy.

§ Operational Effectiveness: Necessary but Not Sufficient

Although both operational effectiveness and strategy are necessary for the superior performance of an organization, they operate in different ways.

Operational Effectiveness (OE): Performing similar activities better than rivals perform them.
OE includes but is not limited to efficiency. It refers to many practices that allow a company to better utilize its inputs.

Strategy: Performing different activities from rivals’ or performing similar activities in different ways.

Moreover, Porter states that a company can outperform rivals only if it can establish a difference it can preserve. It must deliver greater value to customers or create comparable value at a lower cost, or do both. However, Porter argues that most companies today compete on the basis of operational effectiveness. This concept of OE competition is illustrated via the productivity frontier, depicted in the figure above.

The productivity frontier is the sum of all existing best practices at any given time or the maximum value that a company can create at a given cost, using the best available technologies, skills, management techniques, and purchased inputs. Thus, when a company improves its operational effectiveness, it moves toward the frontier. The frontier is constantly shifting outward as new technologies and management approaches are developed and as new inputs become available. To keep up with the continuous shifts in the productivity frontier, managers have adopted techniques like continuous improvement, empowerment, learning organization, etc. Although companies improve on multiple dimensions of performance at the same time as they move toward the frontier, most of them fail to compete successfully on the basis of operational effectiveness over an extended period. The reason for this being that competitors are quickly able to imitate best practices like management techniques, new technologies, input improvements, etc. Thus, OE competition shifts the frontier outward and effectively raises the bar for everyone. But such competition only produces absolute improvement in operational effectiveness and no relative improvement for anyone.

"Competition based on operational effectiveness alone is mutually destructive, leading to wars of attrition that can be arrested only limiting competition" (p. 64). Such OE competition can be witnessed in Japanese companies, which started the global revolution in operational effectiveness in the 1970s and 1980s. However, now companies (including the Japanese) competing solely on operational effectiveness are facing diminishing returns, zero-sum competition, static or declining prices, and pressures on costs that compromise companies’ ability to invest in the business for the long term.

II. Strategy Rests on Unique Activities

"Competitive strategy is about being different. It means deliberately choosing a different set of activities to deliver a unique mix of value" (p. 64). Moreover, the essence of strategy, according to Porter, is choosing to perform activities differently than rivals do. Strategy is the creation of a unique and valuable position, involving a different set of activities.

§ The Origins of Strategic Positions

Strategic positions emerge from three sources, which are not mutually exclusive and often overlap.

1. Variety-based positioning: Produce a subset of an industry’s products or services. It is based on the choice of product or service varieties rather than customer segments. Thus, for most customers, this type of positioning will only meet a subset of their needs. It is economically feasibly only when a company can best produce particular products or services using distinctive sets of activities.

2. Needs-based positioning: Serves most or all the needs of a particular group of customers. It is based on targeting a segment of customers. It arises when there are a group of customers with differing needs, and when a tailored set of activities can serve those needs best.

3. Access-based positioning: Segmenting customers who are accessible in different ways. Although their needs are similar to those of other customers, the best configuration of activities to reach them is different. Access can be a function of customer geography or customer scale or of anything that requires a different set of activities to reach customers in the best way.

Whatever the basis-variety, needs, access, or some combination of the three-positioning requires a tailored set of activities because it is always a function of differences in activities (or differences on the supply side). Positioning, moreover, is not always a function of difference on the demand (or customer) side. For instance, variety and access positionings do not rely on any customer differences.

III. A Sustainable Strategic Position Requires Trade-offs

According to Porter, a sustainable advantage cannot be guaranteed by simply choosing a unique position, as competitors will imitate a valuable position in one of the two following ways:

1. A competitor can choose to reposition itself to match the superior performer.

2. A competitor can seek to match the benefits of a successful position while
maintaining its existing position (known as straddling).

Thus, in order for a strategic position to be sustainable there must be trade-offs with other positions. "A trade-off means that more of one thing necessitates less of another" (p. 68). Trade-offs occur when activities are incompatible and arise for three reasons:

1. A company known for delivering one kind of value may lack credibility and
confuse customers or undermine its own reputation by delivering another kind of
value or attempting to deliver two inconsistent things at the same time.

2. Trade-offs arise from activities themselves. Different positions require different
product configurations, different equipment, different employee behavior, different
skills, and different management systems. In general, value is destroyed if an
activity is over designed or under designed.

3. Trade-offs arise from limits on internal coordination and control. By choosing to
compete in one way and not the other, management is making its organizational
priorities clear. In contrast, companies that try to be all things to all customers,
often risk confusion amongst its employees, who then attempt to make day-to-day
operating decisions without a clear framework.

Moreover, trade-offs create the need for choice and protect against repositioners and straddlers. Thus, strategy can also be defined as making trade-offs in competing. The essence of strategy is choosing what not the do.

IV. Fit Drives Both Competitive Advantage and Sustainability

Positioning choices determine not only which activities a company will perform and how it will configure individual activities but also how activities relate to one another. While operational effectiveness focuses on individual activities, strategy concentrates on combining activities.

"Fit locks out imitators by creating a chain that is as strong as its strongest link" (p. 70). Fit, as per Porter, is the central component of competitive advantage because discrete activities often affect one another.

Although fit among activities is generic and applies to many companies, the most valuable fit is strategy-specific because it enhances a position’s uniqueness and amplifies trade-offs. There are three types of fit, which are not mutually exclusive:

1. First-order fit: Simple consistency between each activity (function) and the overall
strategy. Consistency ensures that the competitive advantages of activities cumulate
and do not erode or cancel themselves out. Further, consistency makes it easier to
communicate the strategy to customers, employees, and shareholders, and
improves implementation through single-mindedness in the corporation.

2. Second-order fit: Occurs when activities are reinforcing.

3. Third-order fit: Goes beyond activity reinforcement to what Porter refers to as
optimization of effort. Coordination and information exchange across activities to
eliminate redundancy and minimize wasted effort are the most basic types of effort
optimization.

In all three types of fit, the whole matters more than any individual part. Competitive advantage stems from the activities of the entire system. The fit among activities substantially reduces cost or increases differentiation. Moreover, according to Porter, companies should think in terms of themes that pervade many activities (i.e., low cost) instead of specifying individual strengths, core competencies or critical resources, as strengths cut across many functions, and one strength blends into others.

§ Fit and Sustainability

Strategic fit is fundamental not only to competitive advantage but also to the sustainability of that advantage because it is harder for a competitor to match an array of interlocked activities than it is merely to replicate an individual activity. Thus, "positions built on systems of activities are far more sustainable than those built on individual activities" (p. 73). The more a company’s positioning rests on activity systems with second- and third-order fit, the more sustainable its advantage will be. Such systems are difficult to untangle and imitate even if the competitors are able to identify the interconnections. Further, a competitor benefits very little by imitating only a few activities within the whole system. Thus, achieving fit is an arduous task as it means integrating decisions and actions across many independent subunits.

Additionally, fit among activities creates pressures and incentives to improve operational effectiveness, which makes imitation even harder. Fit means that poor performance in one activity will degrade the performance in others, so that weaknesses are exposed and more prone to get attention. On the other hand, improvements in one activity will "pay dividends in others" (p. 74).

Strategic positions should have a horizon of a decade or more, not of a single planning cycle, as continuity promotes improvements in individual activities and the fit across activities, allowing an organization to build unique capabilities and skills custom-fitted to its strategy. Continuity also reinforces a company’s identity. Frequent shifts in strategy are not only costly but inevitably leads to hedged activity configurations, inconsistencies across functions, and organizational dissonance.

Thus, strategy can also be defined as creating fit among a company’s activities as the success of a strategy depends on doing many things well - not just a few - and integrating among them. If there is no fit among activities, there is no distinctive strategy and little sustainability.

Alternate Views of Strategy*

The Implicit Strategy Model of the Past Decade


Sustainable Competitive Advantage

§ One ideal competitive
position in the industry



§ Unique competitive position
for the company

§ Benchmarking of all
activities and achieving best
practice



§ Activities tailored to strategy

§ Aggressive outsourcing and
partnering to gain
efficiencies



§ Clear trade-offs and choices
vis-à-vis competitors

§ Advantages rest on a few
key success factors, critical
resources, core
competencies



§ Competitive advantage
arises from fit across
activities

§ Flexibility and rapid
responses to all competitive
and market changes



§ Sustainability comes from
the activity system, not the
parts



§ Operational effectiveness a
given

* Adapted from p. 74

V. Rediscovering Strategy

§ Failure to Choose

According to Porter, although external changes can pose a threat to a company’s strategy, a greater threat to strategy often comes from within the company. "A sound strategy is undermined by a misguided view of competition, by organizational failures, and, especially, by the desire to grow" (p. 75). Moreover, the fundamental problem lies in the "best-practice" mentality of the managers, who believe in making no trade-offs, incessantly pursuing operational effectiveness, and imitating competitors to catch up in the race for operational effectiveness. Thus, managers simply do not understand the need to have a strategy.

§ The Growth Trap

"Among all other influences, the desire to grow has perhaps the most perverse effect on strategy" (p. 75). Companies often grow by extending their product lines, adding new features, imitating competitors’ popular services, matching processes, and making acquisitions. However, most companies start with a unique strategic position involving clear trade-offs. Nevertheless, with the passage of time and the pressures of growth, companies are led to make compromises, which were at first, almost imperceptible. Thus, through a succession of incremental changes, which seemed sensible at the time, companies have compromised their way to homogeneity with their rivals. Compromises and inconsistencies in the pursuit of growth eventually erode the competitive advantage of a company and their uniqueness. Rivals continue to match each other until desperation breaks this vicious cycle, and results in a merger or downsizing to the original positioning.

According to Porter, efforts to grow blur uniqueness, create compromises, reduce fit, and ultimately undermine competitive advantage.

§ Profitable Growth

One approach to persevering growth and reinforcing strategy is to concentrate on deepening a strategic position rather than broadening and compromising it. A company can do so by leveraging the existing activity system by offering features or services that rivals would find impossible or costly to match on a stand-alone basis. Thus, deepening a position means making the company’s activities more distinctive, strengthening fit, and communicating strategy better to those customers who value it. But currently many companies attempt to grow by adding hot features, products, or services without adapting them to their strategy.

Globalization often allows growth that is consistent with a company’s strategy, as it opens larger markets for a focused strategy. Thus, expanding globally is more likely to reinforce a company’s unique position than broadening domestically.

§ The Role of Leadership

"The challenge of developing or reestablishing a clear strategy is often primarily an organizational one and depends on leadership" (p. 77). Moreover, strong leaders, who are willing to make choices, are essential. General management should do more than just stewardship of individual functions. They should define and communicate the core company’s unique position, make trade-offs, and forge fit among the various activities of the company. Further, the leader should decide which changes in the industry and customer demands, is the company going to respond to. The leader should be able to teach others in the organization about strategy—and to say no.

Strategy is about choosing what to do as well as what not to do. Deciding which target group of customers, varieties, and needs the company should serve is fundamental to developing a strategy. Strategy is also however, in deciding not to serve other customers or needs and not to offer certain features or services. Thus, strategy requires continuous discipline and clear communication. Strategy should guide employees in making choices that arise because of trade-offs in their individual activities and in day-to-day decisions.

Moreover, managers need to understand that operational effectiveness, although a necessary part of management, is not strategy. Managers should be able to clearly distinguish between the two.

Conclusion

"Strategic continuity does not imply a static view of competition. A company must continually improve its operational effectiveness and actively try to shift the productivity frontier; at the same time, there needs to be ongoing effort to extend its uniqueness while strengthening the fit among its activities" (p. 78).

However, a company may have to change its strategic position due to a major structural change in the industry. A company should choose its new position depending on its ability to find new trade-offs and leverage a new system of complementary activities into a sustainable advantage.

Pengertian CONTROL, MANAGEMENT CONTROL, dan MCS

Pengertian CONTROL, MANAGEMENT CONTROL, dan MCS

Kata kontrol sering digunakan dalam beberapa pengertian yang berbeda. Untuk menjelaskan secara sederhana apa itu kontrol sering digunakan contoh termostat, walaupun ini sebenarnya penjelasan yang sangat disederhanakan. Sebuah AC misalnya, mempunyai alat untuk mengukur temperatur, kemudian membandingkan temperatur tersebut dengan suhu yang diinginkan, dan kemudian ada corrective action apabila terdapat perbedaan antara temperatur yang ada dengan temperatur yang diinginkan. Corrective action ini adalah dalam bentuk AC tetap bekerja sampai temperatur sesuai dengan yang diinginkan. Apabila temperatur yang diinginkan telah tercapai maka AC tersebut akan berhenti. Dalam pengertian management control system (MCS) manager mengukur kinerja, kemudian membandingkan kinerja yang ada dengan standar kinerja, dan dilakukan corective action apabila terdapat perbedaan antara kinerja yang ada dengan kinerja yang diinginkan. Contoh tersebut adalah untuk memberikan ilustrasi tentang pengertian control dalam arti sempit.

Dalam pengertian yang lebih luas, kontrol tidak sekedar untuk mengukur kinerja, namun juga meliputi kontrol yang lebih bersifat umum seperti supervisi langsung, standar penerimaan karyawan, dan bahkan standar operating procedure (SOP). Kontrol memberikan perhatian kepada bagaimana memberikan dorongan (encouraging), membuat sesuatu bisa dikerjakan (enabling), dan terkadang harus memaksa (forcing) orang-orang di dalam organisasi untuk bertindak yang terbaik bagi organisasi.

Management control seharusnya lebih bersifat proactive dari pada reactive. Proactive artinya kontrol dirancang untuk menjaga agar problem tidak muncul sebelum perusahaan harus menderita karena adanya kinerja yang tidak semestinya. Contoh proactive control adalah adanya proses perencanaan, harus adanya persetujuan atas pengeluaran uang, password sebelum menggunakan komputer, juga pemisahan tugas bagi karyawan suatu perusahaan.

Mekanisme dan perangkat yang digunakan dalam management control agar perilaku dan keputusan karyawan konsisten dengan tujuan dan strategi organisasi disebut dengan management control system (MCS).

Reference: Merchant & Stede (2003).

AP*

The Five Functions of Management

http://www.ag.ohio-state.edu/~mgtexcel/EXCELSOFT.GIF
The Five Functions of Management
Creative Problem Solving

Planning


Organizing


Staffing


Directing


Controlling
The Foundation of ManagementExcel
Bernard L. Erven
Department of Agricultural Economics
Ohio State University Extension

Our Management Excel student:

* A manager who happens to manage a farm or horticultural business.
* A manager challenged to make efficient use of resources.
* A manager challenged with getting things done through people.
* A manager who has opportunity to use of all the tools of management that any other manager uses.
* A manager who has a way of life like any other manager.

Management Excel is about changing people not about changing businesses. We change people by helping them improve their management skills. Our expectation is that with these tools, they are then likely to change their businesses.

Management

In Management Excel, we start with an assumption of the universality of management. Management is management. Management is generic. Management principles are general rather than specific to a type of firm or organization. However, management is universal only if the manager has become familiar with the specific situation in which it is applied. Production technology, customer characteristics and the culture of the industry are examples of specifics that managers need to learn to be effective in applying their generic management skills.

A definition:(1)

Management is creative problem solving. This creative problem solving is accomplished through four functions of management: planning, organizing, leading and controlling. The intended result is the use of an organization's resources in a way that accomplishes its mission and objectives. (Figure 1.1, From Higgins, page 7)

In Management Excel, this standard definition is modified to align more closely with our teaching objectives and to communicate more clearly the content of the organizing function. Organizing is divided into organizing and staffing so that the importance of staffing in small businesses receives emphasis along side organizing. In the management literature, directing and leading are used interchangeably. (Note figure of Management Excel wheel)

Planning is the ongoing process of developing the business' mission and objectives and determining how they will be accomplished. Planning includes both the broadest view of the organization, e.g., its mission, and the narrowest, e.g., a tactic for accomplishing a specific goal.

Organizing is establishing the internal organizational structure of the organization. The focus is on division, coordination, and control of tasks and the flow of information within the organization. It is in this function that managers distribute authority to job holders.

Staffing is filling and keeping filled with qualified people all positions in the business. Recruiting, hiring, training, evaluating and compensating are the specific activities included in the function. In the family business, staffing includes all paid and unpaid positions held by family members including the owner/operators.

Directing is influencing people's behavior through motivation, communication, group dynamics, leadership and discipline. The purpose of directing is to channel the behavior of all personnel to accomplish the organization's mission and objectives while simultaneously helping them accomplish their own career objectives.

Controlling is a four-step process of establishing performance standards based on the firm's objectives, measuring and reporting actual performance, comparing the two, and taking corrective or preventive action as necessary.

Each of these functions involves creative problem solving. (Figure 4.2 from Higgins, page 118) Creative problem solving is broader than problem finding, choice making or decision making. It extends from analysis of the environment within which the business is functioning to evaluation of the outcomes from the alternative implemented.

An Important Qualification to Success

Management success is gained through accomplishment of mission and objectives. Managers fail when they do not accomplish mission and objectives. Success and failure are tied directly to the reasons for being in business, i.e., mission and objectives. However, accomplishing mission and objectives is not sufficient. Success requires both effectiveness and efficiency. Managers who accomplish their mission and objectives are said to be effective. Efficiency describes the relationship between the amount of resources used (input) and the extent to which objectives were accomplished (output). If the cost of accomplishing an objective is prohibitive, then the objective is not realistic in the context of the firm's resources. Additional planning is necessary.

Management Skills

Management Excel concentrates on building management skills. There are three basic management skills: technical, human and conceptual. A technical skill is the ability to use tools, techniques, and specialized knowledge to carry out a method, process, or procedure. (Higgins, page 13) Much of the technology that farmers know and can use so well comes under this management skill. Human skills are used to build positive interpersonal relationships, solve human relations problems, build acceptance of one's co-workers, and relate to them in a way that their behavior is consistent with the needs of the organization. Conceptual skills involve the ability to see the organization as a whole and to solve problems in a way that benefits the entire organization. (Higgins, page 15) Analytical, creative and intuitive talents make up the manager's conceptual skills.

Introductory Management Excel programs (Managing for Success) pay little attention to technical skills. Most managers in attendance have developed these skills far beyond their human and conceptual skills. In some advanced Management Excel programs, e.g., animal nutrition and financial management, the emphasis is on integration of technical, human and conceptual skills rather than on a more traditional technical approach.

The relative importance of conceptual, human and technical skills changes as a person progresses from lower, to middle, to top management. (Figure 1.4, Higgins, page 20) Although all three management skills are important at all three levels of management, conceptual skills become relatively more important at the top level of management. The consistently high level of importance of human skills helps us understand why people problems are so often cited as a core cause of business failure.

A Guarantee of Success?

Management Excel does not and can not guarantee management success. As excited as we may be about the progress being made by some Management Excel graduates, the reality is, "Sometimes the Dragon Wins!" (Note figure.) Both factors external to the firm uncontrollable by managers and internal factors not perfectly controllable frustrate a manager's use of her or his management skills. Nevertheless, Management Excel remains firmly grounded on the teaching of five functions of management with the conviction that these functions define well what it is a manager must do to maximize the chances of success.
Footnote: 1. This discussion of the functions of management draws on the basic reference for Management Excel teaching: James Higgins, The Management Challenge, Second edition, Macmillan, 1994.

Management Discussion and Analysis - MD&A

Management Discussion and Analysis - MD&A
What Does It Mean?
What Does Management Discussion and Analysis - MD&A Mean?
A section of a company's annual report in which management discusses numerous aspects of the company, both past and present.
Investopedia Says
Investopedia explains Management Discussion and Analysis - MD&A
Among other things, the MD&A provides an overview of the previous year of operations and how the company fared in that time period. Management will usually also touch on the upcoming year, outlining future goals and approaches to new projects.

The MD&A is a very important section of an annual report, especially for those analyzing the fundamentals, which include management and management style. Although this section contains useful information, investors should keep in mind that the section is unaudited.

Apa beda broker Market Makers dan ECN

Apa beda broker Market Makers dan ECN
Ada banyak wacana mengenai broker ECN belakangan ini dan membuat saya tergugah untuk menjelaskannya.

Apakah bedanya antara broker biasa (atau istilah kerennya broker Market Makers dan juga broker ECN?

Topik ini selalu dibahas oleh para trader, trader senior maupun pendatang baru. Dan untuk menjawab pertanyaan kita harus mengetahui kebenaran, memeriksa perbedaan dan menentukan kebutuhan kita. Keluhan dan juga permasalahan seringkali muncul dari para trader. apakah itu karena seringkali muncul hal-hal baru. Ada yang suka dan tidak.

apakah broker ECN gaya apapun akan lebih baik? Well, jawabannya terletak pada keputusan likuiditas pasar penyedia layanan dan hubungan mereka dengan pasar global antar. Ada sebuah ilustrasinya, seperti kebanyakan Anda tahu, broker ritel adalah penghubung transaksi anda. Bila pada perdagangan bursa, Joe menjual dan anggota lain Maria membeli dan broker hanya mendapat komisi untuk memfasilitasi deal.

Perbedaan ECN dan MM terletak pada sistem yang mengelola transaksi kita.
Kalau ECN, semua transaksi kita diteruskan ke market tanpa melalui dealing desk. sedangkan MM order-order yang ada "dikumpulkan" dulu di dealing desk untuk kemudian diteruskan ke market berupa netto transaksinya. Broker-broker MM sering diisukan bertransaksi melawan nasabahnya karena adanya "dealing desk" sebelum diteruskan ke market. Benar tidaknya saya sendiri tidak tahu. Sebagian broker kadang disebut bandar karena tidak semua order diteruskan kepasar dan untuk tipe broker seperti ini brokernya berharap agar kita loss
ciri-cirinya:
1. Sering requote order
2. Kadang tidak bisa menutup order padahal koneksi internet bagus adakalanya tertera koneksi tidak terdeteksi
3. Kadang juga tidak bisa ambil posisi padahal internetnya bagus sering ada pesan uji parameter


Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, banyak trader yang pakai broker ECN. Kelemahannya seringkali harga melar dan biaya komisinya relatif lebih tinggi dari non ECN. Namun banyak juga broker ECN yang bagus dan komisi rendah, bahkan ada yang sekelas ECN tapi free comission.

Keunggulan broker ECN adalah , transparansi. Atau setidaknya janji transparansi. Meskipun pada awalnya ada pula yang tertarik oleh spread yang kecil, namun broker ECN adalah langsung ke pasar. Jika seorang trader dapat melihat pasar nyata, maka tidak ada seorang pun dapat berbohong kepada trader. Tetapi hal yang harus dikatakan di sini adalah, kalau anda merasa nyaman dengan broker anda yang lama, maka jangan langsung terburu-buru untuk pindah ke ECN sebelum anda mencoba demonya, dan mencoba "berdagang" di pasar real.

link: www.valasonline.net

Menyiasati Modal Untuk Pemula

Menyiasati Modal Untuk Pemula
Modal adalah hal yang sangat penting yang cukup menentukan sukses atau tidaknya trading anda. Beberapa trader pemula menganggap memulai investasi forex dengan modal seminim mungkin akan membantu kita dalam memahami forex sekaligus mencegah kerugian besar untuk investasi perdana mereka. Padahal dana yang terlalu minim malah kadang menjadi bumerang bagi trader itu sendiri, apalagi jika masih dalam tahap pemula.

Kebanyakan pialang memang mensyaratkan dana minimal untuk bisa bergabung dengan mereka. Misal $100, $250, atau $500. Dan kita harus extra berhati-hati menggunakan dana anda, karena memang begitulah bermain dalam forex. Jika anda berhati-hati dan cukup baik risk managementnya maka anda akan mendapatkan profit yang cukup meskipun dana anda minim. Namun jika pengetahuan anda lemah, atau anda masih pemula, tidak jarang anda salah memasukkan lot size, atau membeli pair yang salah, dan lain-lain. Dalam situasi ini, dana yang kecil akan lebih berbahaya, karena salah sedikit saja, trading anda akan terkena margin call.

Lalu Berapa Modal MInimum yang Diperlukan?

Pertanyaan ini menyangkut bagaimana tipe trading Anda, maximum drawdown dan seberapa mahir Anda dalam memprediksi pergerakan mata uang. Semakin mahir Anda semakin kecil dana yang dibutuhkan untuk memulai investasi forex Anda.

Namun sederhananya mulailah dengan modal yang cukup. Apabila Anda memutuskan untuk tidak mau memasang Stop Loss dalam bertrading Anda kelak dikarenakan sulitnya menentukan besaran Stop Loss yang tepat dan menghasilkan probabilitas profit yang benar, sah-sah saja. Namun tentu saja siapkan modal yang cukup dan hindari over sizing (membuka posisi terlalu banyak) ketika bertrading.

Dengan 1 lot posisi yang terbuka dalam setiap trading Anda, seharusnya modal sebesar $1000 lebih dari pada cukup. Jika terjadi kesalahan dalam memprediksi pergerakan mata uang, Anda dapat menunggu sampai harga kembali berbalik arah dan target profit tercapai.

Link: www.forextutorial.com

Membuat Manajamen Resiko

Membuat Manajamen Resiko
Salah satu hal yang penting diketahui ketika akan bertrading adala mengenai manajemen resiko. Beberapa faktor resiko yang harus Anda ketahui sebelum memulai investasi pada forex trading mempelajjari mengenai manajemen resiko.

• Memiliki kemungkinan kehilangan dana 100%
• Arus dana sangat cepat (very liquid)
• Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti untung 100%. Ada banyak metode trading yang
bagus namun tidak ada satu pun yang dapat menjamin pasti untung 100%.

Ada sebuah polling yang pernah diadakan yang menunjukkan bahwa sebesar 60% trader mengalami kerugian dibandingkan keuntungkan. Dan hampir 90% adalah para pemula.

Forex trading bukanlah sebuah “quick rich scheme” yang dapat membuat Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak. Itu mimpi! Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam hidupnya. Termasuk mereka yang sukses melalui forex trading. Diperlukan kerja keras untuk mempelajari analisa dan perilaku pasar sehingga kita dapat menebak arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu juga diperlukan mental ekstra ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang kit harapkan.

Diperlukan kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa kiat dan manajemen resiko yang bisa Anda ambil:

1. Cut loss: Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan harga pasar. Cut loss
digunakan untuk membatasi kerugian yang dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Sebagai contoh, katakanlah kita sedang membuka posisi kita pada GBPUSD Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita mengharapkan harga naik melebihi 1.8000 sehingga kita memperoleh untung. Harapan kita harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita bisa memperoleh profit 100 point. Namun apa daya, ternyata harga bergerak berlawanan dengan yang kita harapkan. Ternyata harga bergerak turun terus menerus dari 1.8000 menjadi 1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.

Nah daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan akhirnya mengalami margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita menanggung kerugian 20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini dinamakan cut loss yaitu menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang lebih besar.

2. Switching : Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah menutup posisi kita yang merugi, kita
membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan harga pasar.
Pada kasus yang sama dengan cut loss diatas, maka kita menutup posisi kita di 1.7980 lalu kita membuka sebuah posisi baru Open Sell karena harga cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian jikalau harga terus turun katakanlah mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami loss 20 point namun memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80) sehingga total kita masih memperoleh profit 60 points.

3. Averaging : Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi yang telah kita buka yang ternyata
bergerak berlawanan dengan harga pasar.

Katakanlah pada kasus yang sama dengan contoh Cut Loss diatas, maka jika kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi baru namun dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang mengalami kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita yang sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang sama yaitu Open Buy kembali!

Mengapa demikian? Bukankah kita telah melakukan Open Buy sebelumnya dan mengalami kerugian, lalu mengapa kita melakukan Open Buy kembali? Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga akan kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.

Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, betapa sayangnya kita mengalami kerugian hanya karena kita tidak mengatahui hal diatas. Namun apakah dengan mengetahui ketiga manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah mengalami loss?

Jawabannya tentu saja tidak. Kalau Anda cermati, ketiga manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal: kemampuan kita menganalisa pergerakan harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading. Manajemen resiko bahkan tidak pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu melakukan analisa dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam memulai investasi di forex trading.

Banyak hal yang perlu dipelajari supaya kita dapat memperoleh keuntungan yang kita kehendaki karena memang trading adalah high risk, high return!!

Link: www.valasonline.com

management style

Management Styles

Managers have to perform many roles in an organization and how they handle various situations will depend on their style of management. A management style is an overall method of leadership used by a manager. There are two sharply contrasting styles that will be broken down into smaller subsets later:

* Autocratic
* Permissive

Each style has its own characteristics:

Autocratic: Leader makes all decisions unilaterally.

Permissive: Leader permits subordinates to take part in decision making and also gives them a considerable degree of autonomy in completing routine work activities.

Combining these categories with democratic (subordinates are allowed to participate in decision making) and directive (subordinates are told exactly how to do their jobs) styles gives us four distinct ways to manage:

Directive Democrat: Makes decisions participatively; closely supervises subordinates.

Directive Autocrat: Makes decisions unilaterally; closely supervises subordinates.

Permissive Democrat: Makes decisions participatively; gives subordinates latitude in carrying out their work.

Permissive Autocrat: Makes decisions unilaterally; gives subordinates latitude in carrying out their work.
In what situations would each style be appropriate? Inappropriate?

Managers must also adjust their styles according to the situation that they are presented with. Below are four quadrants of situational leadership that depend on the amount of support and guidance needed:

Telling: Works best when employees are neither willing nor able to do the job (high need of support and high need of guidance).

Delegating: Works best when the employees are willing to do the job and know how to go about it (low need of support and low need of guidance).

Participating: Works best when employees have the ability to do the job, but need a high amount of support (low need of guidance but high need of support).

Selling: Works best when employees are willing to do the job, but don’t know how to do it (low need of support but high need of guidance).

The different styles depend on the situation and the relationship behavior (amount of support required) and task behavior (amount of guidance required).
Can you guess which management styles would work best for each situation listed above?
Should managers use only one management style? Situational style?

Listed below are a few situations and options for what you would do. Try to decide which of the four situational styles would work best in each situation. Then pick the option that best fits that style.

Situation 1

The employees in your program appear to be having serious problems getting the job done. Their performance has been going downhill rapidly. They have not responded to your efforts to be friendly or to your expressions of concern for their welfare.

Which style would you pick? What would you do?

1. Reestablish the need for following program procedures and meeting the expectations for task accomplishment.
2. Be sure that staff members know you are available for discussion, but don’t pressure them.
3. Talk with your employees and then set performance goals.
4. Wait and see what happens.

Situation 2

During the past few months, the quality of work done by staff members has been increasing. Record keeping is accurate and up to date. You have been careful to make sure that the staff members are aware of your performance expectations.

Which style would you pick? What would you do?

1. Stay uninvolved.
2. Continue to emphasize the importance of completing tasks and meeting deadlines.
3. Be supportive and provide clear feedback. Continue to make sure that staff members are aware of performance expectations.
4. Make every effort to let staff members feel important and involved in the decision making process.

Situation 3

Performance and interpersonal relations among your staff have been good. You have normally left them alone. However, a new situation has developed, and it appears that staff members are unable to solve the problem themselves.

Which style would you pick? What would you do?

1. Bring the group together and work as a team to solve the problem.
2. Continue to leave them alone to work it out.
3. Act quickly and firmly to identify the problem and establish procedures to correct it
4. Encourage the staff to work on the problem, letting them know you are available as a resource and for discussion if they need you.

Situation 4

You are considering a major change in your program. Your staff has a fine record of accomplishment and a strong commitment to excellence. They are supportive of the need for change and have been involved in the planning.

Which style would you pick? What would you do?

1. Continue to involve the staff in the planning, but direct the change.
2. Announce the changes and then implement them with close supervision.
3. Allow the group to be involved in developing the change, but don’t push the process.
4. Let the staff manage the change process.




















http://www.rpi.edu/dept/advising/free_enterprise/business_structures/management_styles.htm

manage waktu kuliah dan praktikum

Manage waktu…
demi masa bahwasannya manusia selalu dalam kerugian, kecuali yang beramal sholeh, berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran

• me manage waktu kuliah
• sebelum kuliah, di wajibkan belajar mengingat pelajaran 20 menit sekitar bada’ subuh.
• Sebelum berangkat kulliah, di wajibkan mempersiapkan peralatan kulliah.
• Setelah kuliah, bila ada tugas” langsung di kerjakan di rumah sampai selesai dan jangan di tunda.
• Dan ini semua di lakukan selama 7 hari ber turut-turut.

• Manage waktu praktikum.

• Sebelum praktikum. harus tau jadwal-jadwal praktikum dan tata tertib praktikum.
• Setelah itu, mencari materi yang akan di pejajari saat praktikum.
• Sebelum barangkat praktikum, harus mempersiapkan materi yang akan di bahas.
• Menggunakan waktu praktikum dengan sebaik-baiknya.
• Bila ada tugas praktikum, sebaiknya di kerjakan secara kelompok agar yang lain pun ikut mengerti.

Minggu, 14 Februari 2010

..::saat aku merasa bodoh, aku melihat sesuatu.. ..saat aku sok pintar, orang lain tahu kebodohanku::..
Sejarah Komputer
Aug 26th, 2009 | By Andy MSE | Category: Utak-utik, Oprak-oprek, Iseng |

Berikut ini adalah ringkasan sejarah personal komputer, perangkat lain, operating system yang pernah aku gunakan (tulisan asli telah dipublikasikan pada 10 Maret 2008):

1989
Berkenalan dengan mesin PC-XT dengan prosesor 8088, 4.7MHz, memory 640Kb, disk drive 5.25 inch 360Kb. Monitor CGA monochrome (hijau). Komputer generasi ini terkenal dengan sebutan komputer “jangkrik” karena bunyi drive-nya krik…krik… seperti jangkrik. Printer menggunakan Epson LX-800 dotmatrix. Operating system menggunakan MS-DOS 4, software yang paling populer digunakan adalah WS (wordstar) Release 4 dan Lotus 123.

1990
Tidak ada perkembangan yang berarti, tapi tahun ini merupakan awal ketertarikan pada hardware.

1991
Aktif menggunakan mesin 8088 untuk persewaan komputer. Mulai mengenal mesin PC-AT dengan prosesor 80286, 12MHz, memory 640Kb, disk drive 5.25 inch 1.2MB dan 3.5 inch 720Kb. Mengenal monitor CGA color. Mulai menggunakan DOS 5. Wordstar dan Lotus sangat populer. Mulai mengenal harddisk 5.25 inch dengan kapasitas 10Mb. Harddisk model ini terkenal dengan sebutan harddisk “gembes” (Jawa=tempat minum, disebut begitu karena ukurannya yang besar dan bentuknya mirip tempat minum bekal anak TK).
Peristiwa penting:
Tengah tahun 1991 mendirikan kongsi persewaan komputer bersama adik-ku Alvis dan teman-temannya Wisnu, Adhi, dan Indra. Efektif mulai beroperasi akhir 1991.

1992
Mengenal mesin dengan processor 80386 SX, 33MHz, memory 1Mb. Mulai menggunakan monitor VGA monochrome. Tahun ini mulai meninggalkan disket 5.25 inch 360Kb, beberapa drive 5.25 inch 1.2Mb/high density masih dipakai bersamaan dengan drive 3.5 inch 1.44Mb. Wordstar 6 dan Lotus 123 Release 4 WYSIWYG menjadi andalan. Sejak tahun ini mulai mengenal pengelolaan harddisk.
Mencoba Windows 3.0 dengan DOS 5 pada mesin 386DX, memory 4Mb, harddisk 40 Mb.
Peristiwa penting:
Tahun ini untuk pertama kali aku sukses membongkar dan memasang kembali dengan utuh sebuah personal computer. Tahun ini pula untuk pertama kali bisa memperbaiki, menyetel ulang posisi head pada disk drive 5.25.

1993
Mencoba mesin 486SX, 66MHz, memory 4MB, harddisk 3.5 inch 40Mb. Mulai kenal Wordperfect.

1994
Mencoba menggunakan Windows 3.11 for Workgroups under DOS 6.22 pada mesin 486DX2-66Mhz, memory 8Mb, harddisk 80Mb. Wordstar 7 digunakan bersama dengan Lotus 123 for Windows.
Peristiwa penting:
Di tahun ini, menjelang menikah, aku dan Wisnu masih sempat kulakan beberapa mesin 80286 dari Surabaya. Harga beli tanpa monitor 500rb rupiah per unit. Keuntungan penjualan aku gunakan untuk nambah modal menikah.

1995
Aktif menggunakan Windows 3.11 dan Microsoft Office 4.3. Pertama kali mengunakan 486DX4-100Mhz, memory 8Mb, HDD 210Mb, VGA Color resolusi 640×480. Menggunakan printer LX-300. Tahun ini mulai mengenal printer inkjet, deskjet, dan bubblejet.
Peristiwa penting:
Di tahun ini, kakang mbarep membeli komputer 486DX2-66MHz, harddisk 210Mb, memory 4Mb, monitor VGA Color 640×480, printer Epson LX-300, DOS 6.22, Windows 3.11, Microsoft Office 4.3 dan Amipro digunakan untuk bekerja.

1996
Mengenal laptop generasi jadul, mesin 486SX, berat sekitar 2.5kg, bentuknya gede tapi monitornya hanya ukuran 8 inci. Menggunakan printer Epson Stylus dan HP Deskjet. Mencoba upgrade komputer dari 486DX2-66 menjadi 486DX4-100, mencoba pula processor lain misalnya AMD 5×86 100MHz, Cx 5×86 100MHz.
Peristiwa penting:
Di tahun ini aku mulai bekerja di perusahaan eksportir kopi di Semarang. Hal mengasyikkan yang aku lakukan di kantor adalah me-migrasi-kan seluruh computer kantor ke Windows 3.1.1, Wordstar dan Lotus pun dialihkan ke Microsoft Office 4.3.

1997
Menggunakan printer Canon Bubblejet. Tahun ini sudah bisa membongkar ulang printer dotmatrix dan melakukan penggantian jarum pada head printer.

1998
Tahun ini mulai menggunakan monitor dengan resolusi 1024×768. Komputer yang aku pakai sudah menggunakan multimedia dengan perangkat pendukung CDROM drive,
Peristiwa penting:
Mulai mengenal cara memainkan music di computer menggunakan winamp.

1999
Pertama bekerja menggunakan laptop bermesin Pentium yaitu Pentium 66 dan Pentium 75.

2000
Tahun ini jadi petani, dan agak jauh dari dunia computer.

2001
Bekerja menggunakan laptop bermesin Pentium 75
Peristiwa penting:
Mendirikan persewaan komputer di Limbangan, Kendal dengan mesin pertama Pentium MMX 233MHz
Mulai mengenal Linux, yang pertama dipakai adalah Mandrake Linux dan Redhat Linux.

2002
Mencoba Slackware dan Debian, terlalu sulit menurutku dan akhirnya putus asa…

2003
Tahun ini full pengangguran, tidak ada perkembangan dalam penggunaan komputer.

2004
Pertama kali menggunakan monitor 17 inci

2005
Aktif menggunakan Red Hat 7 bersamaan dengan Windows 98. Sempat beberapa waktu menggunakan Debian. Mesin yang dipakai sehari-hari Toshiba Tecra (Pentium III/666MHz).

2006
Sempat mencoba Ubuntu akhirnya lebih suka Mandriva 2006
Peristiwa penting:
Mendapat fasilitas laptop dari kantor bermesin Centrino Duo 1.6GHz, DDR 512MB, HDD 80GB, widescreen, DVD-RW drive, wireless 802.11b/g.

2007
Aktif menggunakan Mandriva 2007 bersamaan dengan Windows XP. Sempat mencoba IGOS, Fedora, OpenSUSE, Windows Vista, Mandriva 2008, dan MacOS 10.4 Tiger.

2008
Menggunakan laptop (jatah kantor) bermesin AMD MK8 Turion 64, 2200MHz, memory 512MB, HDD 80GB, Windows XP/Mandriva 2008. Karena harus bergantian dengan rekan lain, di kantor saya memakai Intel Pentium Dual Core 1.6GHz, DDR2 1GB, HDD 80GB, Windows XP/Ubuntu.

2009
Acer Travelmate 2423, Celeron M 1.5 GHz, DDR2 1GB, HDD 40GB. Ubuntu, LinuxMint, Fedora…

Bandingkan release prosesor Intel (dari 8086 s/d quadcore) dengan pengalaman penggunaanku! Ternyata masih selalu ketinggalan…

1978: 8086-8088 Microprocessor
Sebuah penjualan penting dalam divisi komputer terjadi pada produk untuk komputer pribadi buatan IBM yang memakai prosesor 8088 yang berhasil mendongkrak nama intel.
1982: 286 Microprocessor
Intel 286 atau yang lebih dikenal dengan nama 80286 adalah sebuah processor yang pertama kali dapat mengenali dan menggunakan software yang digunakan untuk processor sebelumnya.
1985: Intel386™ Microprocessor
Intel 386 adalah sebuah prosesor yang memiliki 275.000 transistor yang tertanam diprosessor tersebut yang jika dibandingkan dengan 4004 memiliki 100 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan 4004.
1989: Intel486™ DX CPU Microprocessor
Processor yang pertama kali memudahkan berbagai aplikasi yang tadinya harus mengetikkan command-command menjadi hanya sebuah klik saja, dan mempunyai fungsi komplek matematika sehingga memperkecil beban kerja pada processor.
1993: Intel® Pentium® Processor
Processor generasi baru yang mampu menangani berbagai jenis data seperti suara, bunyi, tulisan tangan, dan foto.
1995: Intel® Pentium® Pro Processor
Processor yang dirancang untuk digunakan pada aplikasi server dan workstation, yang dibuat untuk memproses data secara cepat, processor ini mempunyai 5,5 jt transistor yang tertanam.
1997: Intel® Pentium® II Processor
Processor Pentium II merupakan processor yang menggabungkan Intel MMX yang dirancang secara khusus untuk mengolah data video, audio, dan grafik secara efisien. Terdapat 7.5 juta transistor terintegrasi di dalamnya sehingga dengan processor ini pengguna PC dapat mengolah berbagai data dan menggunakan internet dengan lebih baik.
1998: Intel® Pentium II Xeon® Processor
Processor yang dibuat untuk kebutuhan pada aplikasi server. Intel saat itu ingin memenuhi strateginya yang ingin memberikan sebuah processor unik untuk sebuah pasar tertentu.
1999: Intel® Celeron® Processor
Processor Intel Celeron merupakan processor yang dikeluarkan sebagai processor yang ditujukan untuk pengguna yang tidak terlalu membutuhkan kinerja processor yang lebih cepat bagi pengguna yang ingin membangun sebuah system computer dengan budget (harga) yang tidak terlalu besar. Processor Intel Celeron ini memiliki bentuk dan formfactor yang sama dengan processor Intel jenis Pentium, tetapi hanya dengan instruksi-instruksi yang lebih sedikit, L2 cache-nya lebih kecil, kecepatan (clock speed) yang lebih lambat, dan harga yang lebih murah daripada processor Intel jenis Pentium. Dengan keluarnya processor Celeron ini maka Intel kembali memberikan sebuah processor untuk sebuah pasaran tertentu.
1999: Intel® Pentium® III Processor
Processor Pentium III merupakan processor yang diberi tambahan 70 instruksi baru yang secara dramatis memperkaya kemampuan pencitraan tingkat tinggi, tiga dimensi, audio streaming, dan aplikasi-aplikasi video serta pengenalan suara.
1999: Intel® Pentium® III Xeon® Processor
Intel kembali merambah pasaran server dan workstation dengan mengeluarkan seri Xeon tetapi jenis Pentium III yang mempunyai 70 perintah SIMD. Keunggulan processor ini adalah ia dapat mempercepat pengolahan informasi dari system bus ke processor , yang juga mendongkrak performa secara signifikan. Processor ini juga dirancang untuk dipadukan dengan processor lain yang sejenis.
2000: Intel® Pentium® 4 Processor
Processor Pentium IV merupakan produk Intel yang kecepatan prosesnya mampu menembus kecepatan hingga 3.06 GHz. Pertama kali keluar processor ini berkecepatan 1.5GHz dengan formafactor pin 423, setelah itu intel merubah formfactor processor Intel Pentium 4 menjadi pin 478 yang dimulai dari processor Intel Pentium 4 berkecepatan 1.3 GHz sampai yang terbaru yang saat ini mampu menembus kecepatannya hingga 3.4 GHz.
2001: Intel® Xeon® Processor
Processor Intel Pentium 4 Xeon merupakan processor Intel Pentium 4 yang ditujukan khusus untuk berperan sebagai computer server. Processor ini memiliki jumlah pin lebih banyak dari processor Intel Pentium 4 serta dengan memory L2 cache yang lebih besar pula.
2001: Intel® Itanium® Processor
Itanium adalah processor pertama berbasis 64 bit yang ditujukan bagi pemakain pada server dan workstation serta pemakai tertentu. Processor ini sudah dibuat dengan struktur yang benar-benar berbeda dari sebelumnya yang didasarkan pada desain dan teknologi Intel’s Explicitly Parallel Instruction Computing ( EPIC ).
2002: Intel® Itanium® 2 Processor
Itanium 2 adalah generasi kedua dari keluarga Itanium.
2003: Intel® Pentium® M Processor
Chipset 855, dan Intel® PRO/WIRELESS 2100 adalah komponen dari Intel® Centrino™. Intel Centrino dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar akan keberadaan sebuah komputer yang mudah dibawa kemana-mana.
2004: Intel Pentium M 735/745/755 processors
Dilengkapi dengan chipset 855 dengan fitur baru 2Mb L2 Cache 400MHz system bus dan kecocokan dengan soket processor dengan seri-seri Pentium M sebelumnya.
2004: Intel E7520/E7320 Chipsets
7320/7520 dapat digunakan untuk dual processor dengan konfigurasi 800MHz FSB, DDR2 400 memory, and PCI Express peripheral interfaces.
2005: Intel Pentium 4 Extreme Edition 3.73GHz
Sebuah processor yang ditujukan untuk pasar pengguna komputer yang menginginkan sesuatu yang lebih dari komputernya, processor ini menggunakan konfigurasi 3.73GHz frequency, 1.066GHz FSB, EM64T, 2MB L2 cache, dan HyperThreading.
2005: Intel Pentium D 820/830/840
Processor berbasis 64 bit dan disebut dual core karena menggunakan 2 buah inti, dengan konfigurasi 1MB L2 cache pada tiap core, 800MHz FSB, dan bisa beroperasi pada frekuensi 2.8GHz, 3.0GHz, dan 3.2GHz. Pada processor jenis ini juga disertakan dukungan HyperThreading.
2006: Intel Core 2 Quad Q6600
Processor untuk type desktop dan digunakan pada orang yang ingin kekuatan lebih dari komputer yang ia miliki memiliki 2 buah core dengan konfigurasi 2.4GHz dengan 8MB L2 cache (sampai dengan 4MB yang dapat diakses tiap core ), 1.06GHz Front-side bus, dan thermal design power ( TDP ).
2006: Intel Quad-core Xeon X3210/X3220
Processor yang digunakan untuk tipe server dan memiliki 2 buah core dengan masing-masing memiliki konfigurasi 2.13 dan 2.4GHz, berturut-turut , dengan 8MB L2 cache ( dapat mencapai 4MB yang diakses untuk tiap core ), 1.06GHz Front-side bus, dan thermal design power (TDP).

2007-2009: belum sempat mencatat

..::dari berbagai sumber::..
=========

Hukum Memotong Jenggot

Pertanyaan:
Apa hukum mencukur jenggot sampai habis atau memotong sebagiannya?


Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah menjawab:
Orang yang mencukur jenggotnya sampai habis tergolong orang yang fasiq, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
احْفُوا الشَّوَارِبَ وَأعْفُوا اللِّحَى
“Potonglah kumis kalian dan biarkan jenggot kalian.”
dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pula:
وَفِّرُوا اللِّحَى
“Biarkanlah jenggot kalian menjadi banyak.”
Juga:
أَكْرِمُوا اللِّحَى
“Muliakanlah jenggot kalian.”
Juga:
ارْخُوا اللِّحَى
“Panjangkan jenggot kalian.”
Juga:
قَصُّوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potonglah kumis kalian dan biarkanlah jenggot kalian.”
Banyak sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang memerintahkan untuk membiarkan jenggot, dan tidak pernah disebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mencukur habis jenggotnya, bahkan jenggot beliau menutupi dada beliau. Dan tidak didapatkan pula adanya riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat seorang muslim yang mencukur jenggotnya lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyetujuinya. Bahkan mencukur jenggot tergolong perbuatan tasyabbuh (menyerupai) musuh-musuh Islam dan perbuatan tasyabbuh (menyerupai) wanita.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk menjaga penampilan Islami di mana pun dia berada, sehingga dia tidak kehilangan jati diri muslim sebagaimana orang lain kehilangan jati diri muslimnya. Wallahul musta’an.
Jenggot merupakan perhiasan bagi seorang lelaki. Meskipun engkau melihat adanya sebagian orang alim yang fasiq memotongnya, ini bukanlah suatu hujjah. Juga meskipun engkau melihat di antara para raja dan pimpinan yang memotong jenggotnya, ini bukanlah hujjah. Yang dinamakan hujjah adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bila engkau melihat orang-orang alim yang memotong jenggot mereka atau para raja dan pimpinan, niscaya engkau dapati mereka terpengaruh oleh musuh-musuh Islam. Sama saja mereka terpengaruh dengan belajar kepada musuh-musuh Islam ataupun belajar kepada orang yang belajar kepada musuh-musuh Islam, ataupun terpengaruh oleh orang yang terpengaruh musuh-musuh Islam. Tidak boleh bagi seorang pun untuk mengambil teladan dari salah seorang dari mereka, bahkan As Sunnah yang wajib untuk diikuti.
Demikian pula memotong sebagian jenggot dan membiarkan sebagiannya, ini juga tidak diperbolehkan karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: أعفوا, maknanya adalah biarkanlah sebagaimana diciptakan Allah. Juga sabda beliau وَفِّرُوا, dan ارخوا

.
Adapun riwayat dari Abdullah ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma bahwa bila melaksanakan haji atau umrah beliau radhiallahu 'anhuma mengambil (memotong) jenggot yang melebihi ukuran genggaman tangan, ini bukanlah hujjah, karena yang dinamakan hujjah adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bila engkau katakan: Terkadang saya diperintah untuk memotong jenggot karena saya seorang tentara? Jawabannya: Tidak boleh bagimu untuk menaati perintah itu, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Hanyalah ketaatan tersebut dalam hal yang baik.”
kecuali bila engkau khawatir akan disiksa dengan siksaan yang tidak bisa engkau pikul, wallahul musta’an.
Bila engkau katakan: Terkadang saya masuk ke suatu negeri atau saya kembali ke negeri saya, sedangkan penduduk negeri tersebut memaksa dan memasukkan setiap orang yang memelihara jenggotnya ke dalam penjara, dan juga dikhawatirkan akan dibunuh.
Maka bila engkau takut bahwa dirimu akan disiksa, atau diambil hartamu, atau kehormatanmu dengan sesuatu yang tidak bisa engkau pikul, maka diperbolehkan bagimu untuk memotong jenggot. Adapun tanpa ada sesuatu lalu engkau memotong jenggot dan menyerupai musuh-musuh Islam, atau hanya karena mengikuti perintah orang-orang yang menyimpang maka tidak boleh bagimu (untuk memotong jenggot), karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Hanyalah ketaatan itu dalam hal yang baik.”
Betapa banyak orang shalih yang pergi ke negeri musuh-musuh Islam dimana mereka (musuh-musuh Islam) melihat orang-orang shalih yang berpegang teguh dengan agama secara benar, justru musuh-musuh Islam itu mencintai orang-orang shalih tersebut, memuliakan mereka, mempercayai keamanahan mereka. Adapun jenggot, maka tidaklah jenggot itu yang bersalah (yang menyebabkan kebencian orang-orang kafir membenci Islam). Bila engkau lihat seorang yang memelihara jenggotnya pendusta, atau berkhianat, atau mencuri, maka yang salah bukanlah jenggotnya namun orangnya. Adapun jenggot termasuk sifat yang fithrah dan termasuk Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang beliau perintahkan dan beliau wajibkan. Saya maksudkan keterangan ini agar tidak menjadi alasan bagimu untuk mencukur jenggot bila engkau melihat di antara orang yang memelihara jenggot ada yang tidak istiqamah atau tidak amanah. Wallahul musta’an.
(diterjemahkan dari Ijabatus Sail, hal. 221-222)


URL

http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=216

Menjauhi Dosa Besar (Bagian 3)

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS 2:30)

6. Memakan harta riba

Allah berfirman, “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian disebabkan mereka berkata bahwa sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah datang kepadanya larangan dari Tuhannya, kemudian ia berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum turun larangan) dan urusannya (terserahkan) kepada Allah. Dan barangsiapa yang mengulangi (mengambil riba), maka mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekufuran dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 275-276)

Riba itu ada dua macam: nasi-ah dan fadhl. Riba nasi-ah ialah pembayaran yang dilakukan oleh yang berhutang kepada yang memberi utang melebihi jumlah hutang. Riba fadhl adalah penukaran suatu barang dengan barang sejenis, tetapi yang satu lebih banyak kadar atau jumlahnya dari yang lain, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi dan sebagainya.

Riba adalah masalah yang selalu muncul di setiap generasi sejarah kehidupan manusia. Bahaya riba yang sangat memberatkan bagi kaum lemah menjadi momok yang sangat menakutkan. Yang tentu saja menjadikan kaum lemah akan tetap dalam kemiskinan dan kesulitan. Disamping itu, memang ada pihak yang diuntungkan secara finansial oleh riba. Keuntungan-keuntungan inilah yang membuat orang yang telah merasa kesenangan mendapatkan harta riba, sulit untuk meninggalkannya. Kesenangan yang harus didapat dengan mengabaikan kesulitan saudaranya. Kesenangan yang tentunya harus mengabaikan jiwa tolong-menolong antar-sesama. Yang tersisa hanya keinginan mendapatkan keuntungan di atas kesulitan dan penderitaan orang lain.

Negara kita sekarang sedang mengalami bagaimana beratnya tekanan dililit oleh utang yang merupakan riba. Bahkan, untuk membayar bunganya saja, negara yang kaya ini hampir tidak mampu, apalagi hutang pokoknya. Memang riba selalu membuat orang yang berhutang mengalami kesulitan tiada henti selama ia tidak berhenti dari riba. Walaupun ada yang kaya karena riba, kekayaan itu adalah kekayaan semu yang rapuh pondasinya. Bagaimana dapat kita saksikan, ketika krisis mulai melanda negeri ini, banyak konglomerat yang rontok habis. Dulunya mereka kelihatan gagah dan kokoh, tetapi begitu catatan hutang dipaparkan, semua kejayaan semu itu langsung menguap tak berbekas.
Dengan melibatkan diri dalam hutang dengan sistem riba, secara tak sadar kita telah menjual negara kita ini sedikit demi sedikit kepada orang asing, sementara kita bersikap masa bodoh dengan kekayaan yang Allah anugerahkan kepada kita. Bahkan, kita biarkan orang asing menggarapnya dengan pembagian yang tidak adil dan tidak rata.
Dalam menyikapi riba ada dua macam manusia: yang menerima dan yang menolak. Yang menerima biasanya beralasan seperti yang diungkapkan ayat di atas, bahwa mereka menyamakan antara riba dengan jual beli. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan telah mengharamkan riba. Mereka yang tetap mengambil dan memakan riba setelah jelas haramnya adalah orang-orang yang membangkang dan melanggar perintah Allah. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang kerasukan setan, berdiri tidak kokoh dan gontai serta linglung. Adapun orang yang menolak riba setelah diharamkan oleh Allah, maka mereka itu terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang meninggalkan riba dan menyadari dosanya serta tak mau kembali terjerumus ke dalam kubangan riba. Yang kedua orang yang sadar sesaat setelah jelas haramnya riba, namun ia kemudian kembali terjerumus ke dalam riba. Orang yang bersikap demikianlah yang mendapat ancaman dari Allah dengan siksa neraka dan bahwa mereka kekal di dalamnya. Karena menolak hukum Allah yang nyata adalah suatu kekufuran, dan orang kafir kekal di neraka.

Tentunya sikap muslim dan mukmin sejati adalah meninggalkan riba secara total setelah jelas keharamannya, dan tidak kembali lagi melakukannya setelah itu. Karena meninggalkan total suatu larangan merupakan wujud dari kesungguhan, sedangkan bersikap angin-anginan merupakan bukti ketidakseriusan dan main-main.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia menyuburkan sadaqah, dengan pengertian yang sangat luas, termasuk menambah rezeki orang yang bersedekah dan pahala yang berlipat ganda baginya, memberi berkah pada sadaqahnya itu sehingga bermanfaat dengan baik. Sadaqah juga melanggengkan silaturahmi dan hubungan antar manusia, menumbuhkan jiwa tolong-menolong dan kepedulian akan kepedihan orang lain, dan masih banyak lagi hal-hal positif dari sadaqah.

Sementara riba, maka Allah akan memusnahkannya dengan pengertian hilangnya berkah darinya, merenggangkan tali silaturahmi dan bahkan memutuskannya. Mengeraskan hati sehingga tidak peduli nasib orang lain, menumbuhkan kesombongan dan keangkuhan serta membiasakan diri mempersulit orang yang dalam kesulitan, dan lain-lain. Semua itu adalah perkara-perkara yang akan membawa pada kehancuran dan kebinasaan.

Islam mempunyai prinsip tolong menolong dalam memberikan hutang kepada sesama manusia. Adalah tidak bijaksana memaksakan orang yang sedang kesulitan untuk memberi keuntungan kepada kita. Bahkan, belum tentu dengan uang hutang itu dia bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Jika seseorang yang berhutang dalam kesulitan pada saat jatuh tempo, Islam menganjurkan untuk memberi tenggang waktu sampai dia berada dalam kemudahan untuk melunasi hutangnya itu. Bahkan, yang lebih baik adalah dengan menyedekahkan hutang itu kepadanya jika diketahui bahwa dia memang tidak mampu mengembalikannya, karena dengan demikian ia telah memberinya kemudahan. Dan barangsiapa yang memudahkan urusan saudaranya niscaya Allah akan memudahkan urusannya, di dunia maupun di akhirat.

7. Lari dari medan perang

8. Zina


Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)

Membaca, memahami, dan merenungkan ayat ini, kemudian melihat kenyataan dalam hidup masyarakat kita saat ini sungguh akan membuat kita merinding dan malu. Bagaimana tidak? Salah satu dosa besar yang dimurkai Allah telah menjadi hal yang biasa dilakukan sebagian masyarakat kita tanpa malu-malu dan rasa takut. Segala pintu dan sarana pendukung menuju ke arah perbuatan zina tersebar luas dengan sangat leluasa tanpa hambatan yang berarti.

Alat propaganda zina demikian luas jaringan dan jangkauannya, ditambah lagi dengan harga yang murah: mulai dari koran harian, mingguan, tabloid, majalah, tayangan televisi, vcd-vcd nista yang berhamburan di pasar-pasar terbuka, yang kesemuanya itu dapat diakses oleh siapa pun juga. Protes-protes dan demonstrasi yang sering terjadi yang menentang hal-hal seperti ini hanya ditanggapi dingin oleh pemerintah beserta aparat berwenang. Mereka lebih sibuk mengurus diri mereka sendiri. Mereka siap menggadaikan moral bangsa ini dengan segepok dolar atau sedikit julukan modern.

Bahkan, iklan-iklan yang menyerukan masyarakat untuk menghindari AIDS pun tidak kalah hebatnya dalam melegalkan perzinaan. Bukannya melarang dan mencegah orang dari zina agar terhindar dari AIDS, malah dengan gayanya secara tidak langsung telah mengatakan silahkan berzina tapi pakailah kondom. Apakah kondom memang dapat mencegah AIDS? Tidak, ada sebagian dokter yang telah meneliti mengatakan bahwa ternyata pori-pori kondom jauh lebih besar dari virus HIV. Hal ini hanya dapat dilihat dengan alat khusus. Hanya satu cara aman dari AIDS, yaitu hindari dan jauhi zina.
Ayat di atas melarang kita untuk mendekati zina. Artinya, segala hal yang merupakan jalan menuju perzinaan harus kita jauhi, apalagi zinanya sendiri, tentunya lebih wajib kita jauhi. Perlu juga kita sadari bahwa segala keterbukaan dan kebebasan yang salah kaprah ini pasti menimbulkan akibat yang tidak ringan pada masyarakat kita. Suatu keburukan akan lebih cepat menular dibanding kebaikan. Sudah sangat banyak terjadi pelecehan seksual terhadap anak-anak, remaja, dan wanita dewasa yang merupakan dampak dari nafsu birahi yang terpancing oleh segala hal-hal yang menggiring orang untuk berzina. Betapa banyak rumah tangga yang hancur berantakan gara-gara zina yang tidak hanya mengorbankan suami istri tetapi juga anak-anak mereka. Korban-korban perkosaan dan pelecehan akan membawa aib seumur hidup, sementara pelakunya hanya dihukum dalam hitungan tahun atau bulan yang ringan.
Banyak sekali keburukan dan kerugian zina, baik secara materi, psikologi, agama, moral, sosial, dan keluarga, serta lain-lainnya. Masalahnya sekarang, apakah kita mau belajar dari peristiwa-peristiwa yang telah lalu untuk menghindari zina? Bukankah Allah telah menghalalkan pernikahan? Bahkan, dihalalkan menikah sampai empat orang istri? Tetapi anehnya kebanyakan masyarakat kita justru memandang jelek terhadap orang yang berpoligami, dan memandang orang yang berzina, melacur, dan sejenisnya biasa-biasa saja seakan-akan hal itu halal-halal saja. Kita harus segera introspeksi diri dan taubat sebelum Allah menurunkan azab-Nya. Sekarang memang sudah serba terbalik. Yang haram dianggap halal dan yang halal dianggap haram. Na’uudzu billah!

9. Menuduh wanita yang suci melakukan zina

Selain perzinaan yang dilarang Allah, juga kita diperintahkan untuk menjauhi diri dari menuduh orang lain melakukan perzinaan tanpa bukti yang cukup dan jelas.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (An-Nuur: 19).

Ayat ini adalah sebagian dari ayat yang mengisahkan tentang peristiwa yang sempat menjadi angin kencang dalam bahtera kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad saw. Fitnah keji yang disebarkan oleh orang-orang munafik di kalangan kaum muslimin ketika itu, mengguncang hebat kehidupan Nabi saw. Maka turunlah ayat-ayat surat an-Nuur ini untuk menyatakan bersihnya ‘Aisyah r.a. dari semua fitnah keji itu. Kaum muslimin yang lalai dalam hal ini diperingatkan oleh Allah agar tidak mengulangi perbuatan yang sama, dan bahwa perkara ini bukanlah perkara enteng yang tak bermakna. Perkara ini adalah perkara besar yang akan merusak kehormatan dan kemuliaan Nabi saw. sebagai pembawa risalah. Tentu saja jika hal itu terjadi akan mempengaruhi penyampaian risalah dan dakwah yang diemban oleh beliau saw.

Orang-orang munafik yang menyebarkan fitnahan ini pasti akan Allah balas dengan siksaan yang pedih di dunia maupun di akhirat. Allah juga mewanti-wanti kaum muslimin agar berhati-hati terhadap mereka. Selanjutnya, Allah dalam ayat yang kita kaji kali ini menerangkan akibat dari orang-orang yang ingin kekejian tersebar di kalangan kaum muslimin, bahwa mereka akan disiksa di dunia dan di akhirat dengan siksaan yang pedih. Ini sekaligus ancaman bagi yang belum berbuat agar tidak berbuat fitnahan dan kekejian serta tidak menyebarkannya. Jika kekejian ini tersebar di masyarakat, banyak yang akan hancur, baik moral, tatanan sosial, garis keturunan, iman, dan sebagainya. Kalau Allah sudah mengancam orang yang memfitnah Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a. dengan azab yang pedih, bagaimana kiranya ancaman Allah dan siksa-Nya terhadap orang yang telah menyebarkan kekejian dan kenistaan itu dengan tindak nyata di kalangan kaum muslimin?

Selanjutnya mari kita melihat ke dalam masyarakat kita sekarang ini. Sungguh menyedihkan, kekejian ini mulai dan bahkan sudah dianggap hal biasa. Perzinaan terjadi di mana-mana, gambar-gambar para penjual tubuh bertebaran di sana-sini, cerita-cerita kotor dipublikasikan lewat media-media, film-film “binatang” disebarkan dengan harga murah tanpa mengenal rasa malu. Parahnya, pemerintah dan aparat berwenang yang seharusnya mengatasi hal ini cuma diam dan berpangku tangan. Paling sekali-sekali mereka mengadakan pemberantasan semu yang tak berdampak apa-apa. Para pemodal, pembuat, pengedar, dan segala pihak yang terkait dalam masalah ini begitu ingin hal keji dan kotor ini semakin tersebar di kaum muslimin. Mereka menikmati keuntungan-keuntungan haram dari rusaknya bangsa dan kaum muslimin. Mereka ini pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal, entah sekarang atau nanti di akhirat.

Ironisnya, kebanyakan mereka juga notabene beragama Islam, mereka tidak mengerti Islam dengan benar, iman mereka mudah dikikis oleh kilauan dunia yang fana. Mereka jauh lebih buas dari pada binatang sekalipun. Bukankah dengan perbuatan mereka itu mereka telah mengorbankan orang banyak untuk segelintir harta yang cepat habis.

Sekarang, kita sebagai kaum muslimin harus bertindak dengan seksama dan membentengi diri, keluarga dan masyarakat kita dengan iman dan tindak nyata dalam memberantas penyakit ini, jangan dibiarkan semakin akut, baru bertindak. Bertawakallah dan mohonlah pertolongan Allah dalam memberantas kenistaan ini, untuk kemudian dapat menegakkan panji-panji dan hukum-Nya di muka bumi ini. Allahu Akbar!

10. Miras, Judi, Berhala dan Mengundi Nasib

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr, berjudi, (menyembah) berhala, mengundi nasib adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan khamr dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan dari salat; maka berhentilah kamu (melakukannya).” (Al-Maidah: 90–91)

Maraknya produksi dan penjualan minuman keras di negara kita sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini sepertinya ingin mempertegas bahwa bangsa kita sedang dalam proses menjadi sebuah bangsa yang teler. Ditambah lagi dengan membanjirnya produk-produk luar negeri, bahkan sedikit demi sedikit mulai dijual bebas. Belum lagi masalah narkoba yang sulit ditanggulangi, juga menjadi masalah yang semakin bertambah setiap harinya.

Korbannya tak hanya orang dewasa, tetapi juga pemuda, dan bahkan anak-anak. Bahayanya? O, banyak sekali. Dapatkah Anda membayangkan apa yang akan dilakukan oleh orang yang sudah kehilangan akal dan kontrol diri? Banyak hal tak terduga yang akan dilakukannya tanpa beban sedikit pun. Mulai dari merusak rumah tangga sendiri, membunuh, merampok, menodong, dan lain sebagainya. Otomatis seseorang akan terhalang dari shalat dan mengingat Allah jika berada dalam keadaan teler dan mabuk. Inilah yang memang diinginkan setan.

Keyakinan bodoh pengkonsumsi miras bahwa stress bisa hilang, beban pikiran bisa terbang dengan minuman keras, kadang dijadikan suatu alasan untuk membenarkan perbuatannya. Belum lagi alasan-alasan lain yang dibuat-buat. Lebih mengherankan lagi adalah apa yang melandasi pemerintah memberi izin merek tertentu, orang tertentu atau perusahaan tertentu untuk memproduksi, mengimpor, dan menjual minuman keras. Apakah ada survei bahwa bangsa ini sedang membutuhkan minuman keras? Atau mungkin mereka sendiri yang membutuhkannya, lalu melegalkannya untuk memenuhi selera mereka? Wallahu a’lam.

Penyakit lain adalah judi. Mental-mental judi jika sudah merasuki jiwa seseorang niscaya akan merusak jiwa dan akalnya. Melegalisasikan perjudian dengan melakukan lokalisasi di wilayah tertentu bukanlah solusi yang tepat. Dulu ada yang namanya SDSB. Tetapi, ternyata para penjudi itu tidak hanya puas dengan SDSB. Banyak cara-cara judi yang tak masuk akal yang mereka lakukan. Contohnya, dua pihak yang berjudi sama-sama makan sepotong kecil tebu, setelah itu mereka lemparkan. Nah, ampas siapa yang lebih dulu dihinggapi oleh lalat, maka dialah yang menang. Ironinya, mereka rata-rata adalah orang-orang kurang mampu. Kebanyakan mereka hanya penjual sayuran atau rempah-rempah di pasar mingguan, petani kecil, tukang bendi, dan sejenisnya. Sebenarnya hanya ada satu kata untuk miras dan judi, yaitu “perang”.

http://www.dakwatuna.com/2007/menjauhi-dosa-besar-bagian-3/